Haleluya... Kalau kita berbicara tentang kesempatatan sepertinya tidak akan habis-habisnya. Kelihatan sekali dalam Alkitab ada banyak pembahasan tentang kesempatan. Dan memang inilah kehidupan sebenarnya, kita selalu diperhadapkan dengan berbagai kesempatan yang ditawarkan di depan mata kita. Ada kesempatan yang baik, ada juga kesempatan yang jahat yang ditawarkan bagi kita. Banyaknya kesempatan yang ditawarkan, seringkali membuat kita juga sulit bahkan bergumul untuk mengambil keputusan yang tepat bagi diri kita dan masa depan hidup kita. Bagaimanakah kita bisa mengambil keputusan yang tepat bagi sesuatu yang ditawarkan bagi kita? Bagaimanakah kita bisa tahu bahwa kesempatan itu harus kita terima, sementara kesempatan yang lainnya harus kita tolak? Kita masih menyoroti pembahasan ini dalam perumpamaan anak yang terhilang pada Lukas 15:10-25.
Menghargai kesempatan Anda sebagai seorang anak Allah
(band: Yohanes 1:12).
(band: Yohanes 1:12).
Dalam Lukas 15:11-14 kita menemukan adanya suatu kesempatan emas yang dimanfaatkan oleh seorang anak dari bapanya. Ia menyadari dirinya sebagai seorang anak dan ia mengetahui haknya sebagai seorang anak yaitu menerima warisan dari orang tuanya, yaitu bapanya. Namun, sangatlah disayangkan kesempatan emasnya sebagai seorang anak salah dimanfaatkan dengan baik. Bukan kesempatannya sebagai seorang anak yang salah, tetapi motivasinya dalam menggunakan kesempatan sebagai seorang anak yang tidak benar, sehingga membuat dia masuk dalam suatu masalah yang sangat besar, yaitu terjebak dalam kehidupan boros dan terperosok dalam jurang kemelaratan. Sang anak bungsu memanfaatkan kesempatannya sebagai seorang anak dengan menuntut haknya hanya untuk memuaskan keinginan individualis. Motivasinya adalah mengambil jatah haknya untuk memuaskan diriku dan memuaskan diriku sendiri. Inilah yang disebut dengan egosentris yaitu suatu keinginan untuk memuaskan diri sendiri. Tidak memperdulikan orang lain. Bahkan dalam mencari dan memuaskan diri sendiri tidak membuat banyak perhitungan. Yang penting ketawa hari ini, yang penting senang hari ini, yang penting puas hari ini, besoknya apa yang akan terjadi saya nda mau perduli!
Suatu kesempatan yang baik bila disertai dengan motivasi yang tidak benar akan merugikan diri Anda sendiri. Tidak merugikan orang lain, tetapi merugikan diri Anda sendiri! Jadi, suatu kesempatan baik harus disertai dengan motivasi yang benar dalam memanajemen kesempatan itu, bukan untuk kepuasan diri kita sendiri tetapi menjadi saluran berkat bagi orang lain juga. Karakter seorang anak Allah yang baik adalah menghargai otoritasnya sebagai seorang anak dan memiliki kemampuan untuk memanajemen berkat Allah yang dipercayakan baginya.
Memanfaatkan kesempatan Anda sebagai seorang anak
untuk memperbaiki diri.
untuk memperbaiki diri.
Lukas 15:14 mengatakan, bahwa anak bungsu tersebut akhirnya melarat. Dalam situasi kemelaratan itu, dia menyadari dirinya membutuhkan sesuatu untuk melangsungkan kehidupannya. Ia kemudian bekerja di peternakan babi tetapi dia tidak menikmati hasil kerjanya. Dia masih kelaparan dan ingin memakan ampas makanan babi.
Inilah keadaan hidup orang yang tidak menghargai berkat sebagai seorang anak, walaupun dia bekerja tetapi tidak menikmati hasil kerjanya. Lukas 15:17 memberikan informasi bahwa anak bungsu itu akhirnya “menyadari keadaannya.” Kata “menyadari” berasal dari kata “heautou” (Yun.) Artinya melihat diri sendiri kemudian merenungkan keberadaan diri sendiri sehingga memiliki suatu konsep pengenalan diri yang benar. NKJV menuliskan, “But when he came to himself.” Anda dapat memanfaatkan kesempatan Anda sebagai seorang anak untuk memulihkan diri Anda, apabila Anda memberikan waktu untuk melihat diri Anda kembali, dan tetap menyadari diri Anda sebagai seorang anak! Roma 8:28 mengatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Kata “segala sesuatu” dapat diartikan dengan “segala keadaan.” Allah dapat bekerja dalam segala keadaan untuk menolong (Yun: Sunergeo) kita. Apabila Anda tidak sanggup menyadari bahwa situasi yang buruk itu sementara dipakai Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi Anda, maka Anda bisa kehilangan kesempatan untuk mengalami pemulihan diri sebagai seorang anak Allah. Inilah yang kita sebut kasih karunia Allah. Kita bahkan tidak memiliki kesadaran apapun untuk kembali kepada kasih Bapa Sorgawi dalam Tuhan Yesus Kristus. Kalau Anda melihat sekitar Anda, pasti Anda akan menemukan pada saat masalah datang bukannya kembali mendekatkan diri kepada Bapa Sorgawi melainkan sebaliknya bertindak sesuai dengan keinginan hati sendiri dan mencari solusi dengan cara sendiri, sehingga semakin jauh dari kasih Bapa (Adam & Hawa).
Memanfaatkan kesempatan apapun yang ada
untuk mendekatkan diri Anda dengan kasih Bapa .
untuk mendekatkan diri Anda dengan kasih Bapa .
Kesulitan yang dihadapi membuat anak yang sulung semakin dewasa! Ia berpikir panjang lebih dulu sebelum ia bertindak. Hal ini berbeda ketika ia menggunakan hak dari statusnya sebagai seorang anak untuk meminta jatah dari bapanya. Sikap tersebut menyatakan suatu keadaan yang dewasa secara biologis tetapi anak-anak secara psikologis. Lukas 15:17-18 mencatat perencanaan yang matang dari sang anak bungsu dan keputusan yang tepat yang telah dilakukannya. Ia tidak berpikir untuk menjadi seorang anak, ia berpikir yang penting aku kembali kerumah bapaku, yang penting aku ada di rumah bapaku sendiri, walaupun aku menjadi seorang pekerja tidak masalah. Yang penting aku ada di rumah bapaku sendiri dan bekerja bagi bapaku sendiri!
Dibalik pertimbangannya yang matang ia mengambil keputusan yang tepat untuk mengakui kesalahannya. Lukas 15:21 mencatat perkataan sang bungsu kepada bapanya: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.” Kalau dapat saya tambahkan untuk menjelaskan ungakapan hati sang bungsu, “aku kembali kepada bapa, bukan lagi untuk menjadi anak bapa tetapi buruh pekerja bapa. Aku tidak pantas lagi menajdi anak bapa, aku lebih layak menjadi seorang buruh pekerja.”
Kesulitan, masalah yang membuat Anda stress dan depresi dapat dipakai oleh Allah untuk mendewasakan Anda! Tantangan yang dihadapi Anda saat ini dapat menjadi suatu peluang yang baik bila Anda kembali kepada kasih Bapa di Sorga. Badai dan topan yang Anda hadapi dalam pergumulan hidupmu dapat menerbangkan Anda kepada kehidupan yang lebih baik bila Anda sadar bahwa Anda sudah berdosa dan bersalah, Anda tidak layak lagi menjadi anak Allah.
Terbuktilah kasih bapa bagi sang bungsu, ia bukannya diterima kembali sebagai seorang buruh pekerja dikasihi tetapi dia diterima kembali sebagai seorang anak bapa yang dikasihi.
Sahabatku, inilah kasih karunia Bapa Sorgawi, Anda dan saya ditemukan orang yang sudah membangkang akan kasih Bapa. Kita sendiri yang sudah melarikan diri jauh dari kasih Bapa Sorgawi, kita sendiri yang berontak, tetapi pada saat Roh Kudus membimbing kita hingga sadar akan semua salah dan dosa kita, itulah kesempatan emas yang terbaik untuk kita kembali dalam dekapan pelukan kasih Bapa. Jangan lewatkan kesempatan ini, jangan kehilangan kesempatan baik ini untuk kembali dalam dekapan kasih Bapa di Sorgawi.
Milikilah hati seorang anak, agar tidak kehilangan
semua kesempatan berkat yang telah disediakan
Bapa di Sorga bagi Anda.
semua kesempatan berkat yang telah disediakan
Bapa di Sorga bagi Anda.